PERENCANAAN MATA DIKLAT
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Manajemen
Program Pendidikan dan Latihan
Dosen Pengampu : Dr. H. Fatah Syukur NC, M.A.
Disusun oleh :
Nama: Eka Yuli Indra Prtiwi
NIM : 123311046
Jurusan/prodi
: Kependidikan Islam
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
PERENCANAAN MATA DIKLAT
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banyak orang
berpendapat bahwa terdapat pengaruh antara pelatihan yang diperoleh terhadap
prestasi kerja suatu individu. Pendapat ini mungkin tidak salah. Hanya saja dalam beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam menentukan jenis pelatihan bagi karyawan.
Sehingga nantinya, pelatihan yang diberikan bisa bermanfaat.
Untuk
menentukan jenis pelatihan bagi peserta, ada beberapa hal yang harus
dipikirkan. Salah satu diantaranya adalah perencanaan mata diklat. Perencanaan
tersebut sangat penting keberadaannya sebab tanpa perencanaan yang baik
mustahil proses pendidikan dan latihan serta pencapaian tujuan pelatihan akan
tercapai.
Hal ini juga
dilakukan demi menciptakan pelatihan yang efektif serta tepat sasaran. Jika ini
bisa dicapai, maka sebuah pelatihan tidak berlangsung dengan sia-sia serta
mampu mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Diklat
dianggap sebagai faktor penting dalam peningkatan kinerja pegawai, proses dan
organisasi, sudah luas diakui. Tapi masalahnya banyak diklat yang
diselenggarakan oleh suatu organisasi tidak atau kurang memenuhi kebutuhan
sesungguhnya. Misalnya yang diperlukan sesungguhnya adalah pelatihan B tetapi
yang dilakukan A, akibatnya investasi yang ditanamkan melalui diklat kurang
dapat dilihat hasilnya.
B.
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan
kami bahas:
1.
Bagaimana analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan?
2.
Bagaimana langkah-langkah perencanaan pendidikan dan
pelatihan?
3.
Apa tujuan dalam
pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan?
4.
Apa saja materi dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan ?
II
PEMBAHASAN
- Analisis kebutuhan pendidikan dan pelaihan
Menentuakan
kebutuhan pelatihan bukan hal yang sederhana, sebab kebutuhan pelatihan terkait
dengan siapa yang dilatih, terkait dengan tujuan pelatihan, untuk siapa
kebutuhan pelatihan itu dilakukan, siapa penyelenggara pelatihan, bahan
pelatihan ditentukan oleh penyelenggara pelatihan, dan merupakan paket yang tak
dapat dipecah-pecah sesuai dengan keinginan pembelajar (=teacher controlled),
ataukah dapat dipilih materinya oleh pembelajar sendiri (=learner controlled).[1]
Sebelum
mengetahui analisiss kebutuhan pendidikan dan pelatihan alangkah baiknya kita mengetahui pengertian-pengertiannya. Sebagai mana
menurut Briggs Kebutuhan adalah “ketimpangan atau gap antara apa yang
seharusnya dengan apa yang kenyataanya”. Gilley dan Eggland menyatakan bahwa kebutuhan adalah
“kesenjangan antara seperangkat kondisi yang ada pada saat sekarang ini dengan
seperangkat kondisi yang diharapkan. Dalam dunia kerja, kebutuhan juga
diartikan sebagai masalah kinerja.
Pendidikan dan pelatihan (diklat) mempunyai arti penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan jabatan tertentu. Jadi, Kebutuhan diklat adalah jenis diklat yang dibutuhkan oleh seorang pemegang jabatan atau pelaksana pekerjaan tiap jenis jabatan atau unit organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan tugas yang efektif dan efisien. Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara kebutuhan diklat adalah kekurangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap seorang pegawai sehingga kurang mampu melaksanakan tugas, tanggung jawab, wewenang dan haknya dalam suatu satuan organisasi. Dengan demikian kebutuhan diklat dapat diartikan sebagai kesenjangan kemampuan pegawai yang terjadi karena adanya perbedaan antara kemampuan yang diharapkan sebagai tuntutan pelaksanaan tugas dalam organisasi dan kemampuan yang ada.
Konsep dasar pemikiran kebutuhan diklat adalah adanya deskrepansi kemampuan kerja. Sesuai dengan tingkatan dalam pengungkapan kebutuhan diklat maka deskrepansi dapat terjadi pada seseorang pejabat/pelaksana pekerjaan terhadap tugas di dalam organisasi, jabatan maupun terhadap tugas individu. Menurut Johanes Popu Analisis kebutuhan pelatihan, memberikan beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut:[2]
Pendidikan dan pelatihan (diklat) mempunyai arti penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan jabatan tertentu. Jadi, Kebutuhan diklat adalah jenis diklat yang dibutuhkan oleh seorang pemegang jabatan atau pelaksana pekerjaan tiap jenis jabatan atau unit organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan tugas yang efektif dan efisien. Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara kebutuhan diklat adalah kekurangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap seorang pegawai sehingga kurang mampu melaksanakan tugas, tanggung jawab, wewenang dan haknya dalam suatu satuan organisasi. Dengan demikian kebutuhan diklat dapat diartikan sebagai kesenjangan kemampuan pegawai yang terjadi karena adanya perbedaan antara kemampuan yang diharapkan sebagai tuntutan pelaksanaan tugas dalam organisasi dan kemampuan yang ada.
Konsep dasar pemikiran kebutuhan diklat adalah adanya deskrepansi kemampuan kerja. Sesuai dengan tingkatan dalam pengungkapan kebutuhan diklat maka deskrepansi dapat terjadi pada seseorang pejabat/pelaksana pekerjaan terhadap tugas di dalam organisasi, jabatan maupun terhadap tugas individu. Menurut Johanes Popu Analisis kebutuhan pelatihan, memberikan beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut:[2]
1.
Memastikan bahwa
pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan.
2.
Memastikan bahwa
para partisipan yang mengikuti pelatihan benar-benar orang-orang yang tepat.
3.
Memastikan bahwa
pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan selama pelatihan benar-benar sesuai
dengan elemen-elemen kerja yang dituntut dalam
suatu jabatan tertentu.
4.
Mengidentifikasi
bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan tema atau materi
pelatihan.
5.
Memastikan bahwa penurunan kinerja/kurangnya kompetensi
atau pun masalah yang ada adalah disebabkan karena kurangnya pengetahuan,
ketrampilan dan sikap-sikap kerja; bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak
bisa diselesaikan melalui pelatihan memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan
pelatihan mengingat bahwa sebuah pelatihan pasti membutuhkan sejumlah dana.
Agar program
pelatihan dan pengembangan dapat berhasil baik maka harus diperhatikan delapan
faktor sebagai berikut (Dale Yorder dalam Moh. Asad 1987):
1.
Individual
differences
Sebuah
program diklat akan berhasil jika kita memperhatikan individual diference para
peserta diklat. Perbedaan individu meliputi faktor fisik maupun psikis. Oleh
karena itu dalam perencanaan program diklat harus memperhatikan faktor fisik
seperti bentuk dan komposisi tubuh, dan fisik, kemampuan panca indera maupun
faktor psikis seperti intelegensi, bakat, minat , kepribadian, motivasi ,
pendidikan para peserta diklat. Keberhasilan program diklat sangat ditentukan
oleh pemahaman karakteristik peserta diklat terkait dengan individual
difference.
2.
Relation to Job
analisis
Untuk
memberikan program diklat terlebih dahulu harus diketahui keahlian yang
dibutuhkan. Dengan demikian program diklat dapat diarahkan atau ditujukan untuk
mencapai keahlian tersebut. Suatu program diklat yang tidak disesuaikan dengan
kebutuhan pasar kerja pada keahlian tertentu akan merugikan semua pihak baik
masyarakat , industri maupun lembaga penyelenggara diklat itu sendiri.
3.
Motivation
Motivasi
adalah suatu usaha menimbulkan dorongan untuk melakukan tugas. Sehubungan
dengan itu ,program diklat sebaiknya dibuat sedemikian rupa agar dapat
menimbulkan motivasi bagi peserta. Penumbuhan motivasi itu sangat pentng
sehingga mampu mendoromng peserta untuk mengikuti program diklat dengan baik
dan mampu memberikan harapan lebih baik dibidang pekerjaan setelah berhasil
menyelesaikan program diklat .
4.
Active
participation
Didalam
pelaksanaan program diklat harus diupayakan keaktifan peserta didalam setiap
materi yang diajarkan. Pemilihan materi dan strategi pembelajaran yang tepat
oleh para trainer sangat menentukan keberhasilan. Pemberian umpan balik kepada
peserta pada setiap komunikasi maupun evaluasi akan semakin mengembangkan
motivasi dan pengetahuan yang diperoleh. Penyusunan materi(kurikulum) yang
berbasis kompetensi maupun berbasis luas dengan pengembangan aspek kecakapan
hidup peserta menjadi kekuatan untuk menarik perhatian dan minat peserta
diklat.
5.
Selection of trainess
Program
diklat sebaiknya ditujukan kepada mereka yang berminat dan menunjukkan bakat
untuk dpat mengikuti program diklat. Oleh karena ini sangat pentinn dilakukan
proses seleksi untuk pelaksanaan program dilakukan. Berbagai macam tes seleksi
dapat dilakukan misalnya test potensi akademik. Disampin itu adanya seleksi juga
merupakan faktor perangsang untuk meningkatkan image peserta maupun
penyelenggara diklat.
6.
Selection of trainer
Pemilihan
pemateri/pengajar untuk penyampaian materi diklat harus disesuaikan dengan
kualifikasi yang dibutuhkan dan kemampuan mengajar. Seorang trainer yang cakap
belum tentu dapat berhasil menyampaikan kepandaiannya kepada orang lain. Oleh
karena itu pengajar program diklat harus memiliki kualifikasi dalam bidang
pengajaran dan mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat dengan memeprhatikan
individual difference peserta diklat.
7.
Trainer training
Kompetensi
trainer juga perlu ditingkatakan. Untuk itu mengingat trainer menjadi ujung
tombak dalam keberhasilan program diklat maka sebelum mengemban tanggung jawab
untuk memberkan pelatihan maka para trainer harus diberikan pendidikan sebagai
pelatih.
8.
Training methods
Metode
yang digunakan dalam program diklat harus sesuai dengan jenis diklat yang
diberikan. Strategi pembelajaran menjadi senjata utama dalam keberhasilan
program diklat.
- Tujuan dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
Kegiatan penentuan tujuan akan
dilakukan setelah kegiatan analisis terhadap kebutuhan selesai. Karena kegiatan
ini sangat bergantung pada keberhasilan dalam menentukan kebutuhan diklat.
Tujuan diklat, baik yang bersifat umum maupun khusus akan mengecu pada
kebutuhan diklat.[3]
Tujuan umum pelaksanaan pelatihan sangat bervariasi, tergantung pada visi dan
misi lembaga yang menyelenggarakannya.[4]
Namun,
pada dasarnya pelaksanaan diklat dilakukan untuk meningkatkan kinerja suatu
individu maupun organisasi. Oleh karena itu kegiatan pelatihan harus dirancang
sedemikian rupa agar benar-benar memberikan manfaat meningkatkan dan
memperbaiki sesuai dengan tujuan pelaksanaannya. Secara konseptual, tujuan
pelaksanaan pelatihan atau training adalah untuk meningkatkan, memperbaiki, dan
meningkatkan nilai Quality, Quantity, Cost, and Time.
Keempat tujuan pelaksanaan
pelatihan tersebut merupakan tujuan dasarnya, tetapi tujuan praktisnya akan
disesuaikan dengan harapan dan keinginan pihak penyelenggara pelatihan. Tentu
saja hal ini tidak dibuat demikian saja tetapi melalui proses yang disebut
dengan identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan. Jika kita tidak melakukan
tahapan ini, seringkali pelatihan tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas.
Dalam diklat kita mengenal adanya
tahapan atau siklus diklat, misalnya menyusun program dengan memperhatikan
situasi atau iklim organisasi. Secara rinci Malcom S.Knowles menyatakan diklat
dimulai dengan menciptakan iklim dan struktur organisasi yang tepat, menetapkan
kebutuhan dan kepentingan diklat, menentukan tujuan dan merancang suatu program
yang komprehansif.[5]
Oleh
karena itu tujuan diklat pada dasarnya adalah suatu pernyataan tentang apa yang
ingin dicapai dalam pelaksanaan diklat. Adapun tujuan pelatihan dan
pengembangtan menurut Henry Simaroma, meliputi.:[6]
1.
Memperbaiki
kinerja
Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan
kemajuan teknologi.
2.
Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya
menjadi kompeten dalam pegawai.
3.
Memnbantu
memecahkan persoalan oprasional.
4.
Mempersiapkan
karyawan untuk promosi.
5.
Memenuhi
kebutuhan pertumbuhan pribadi.
Tujuan yang jelas dan spesifik
diperlukan dalam rangka menentukan evaluasi program kemudian. Dalam menentukan
tujuan diklat perlu diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut : peserta
organisasi diklat, materi/bahan pelajaran dan perubahan pelaksanaan tugas yang
diharapkan. Faktor lain yang berpengaruh kepada penetapan tujuan adalah system
dan konsep pemegang/desain diklat. Dalam
menetapkan tujuan diklat perlu adanya penentuan prioritas kebutuhan diklat.
Kebutuhan yang telah diprioritaskan dijabarkan kedalam tiga aspek penting dalam
diklat, yaitu: keterampilan, pengetahuan, dan sikap[7]
- Materi dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
Setelah menetapkan mata diklat dan
menentukan tujuan pelatihan, selanjutnya harus menyusun kerangka sajian
pembelajaran yang sistematis. Garis besar isi dibuat pada tiap-tiap tujuan
khusus yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang hendak
diajarkan. Pokok-pokok bahan yang relevan dengan tiap-tiap tujuan itu
diletakkan pada kerangka yang telah dibentuk, ibarat melekatkan daging pada
tulangnya.[8]
Pemilihan
trainer yang kompeten juga menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan materi
diklat. Sebab dengan adanya instruktur yang baik maka akan diperoleh materi
pelatihan yang sesuai dengan bidang yang dibutuhkan serta kualitas yang
diharapkan.
Para
instruktur berperan penting dalam seluruh kegiatan persiapan. Khususnya dalam
penyiapan bahan ajar dan segala hal yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
Para pengelola dengan staf pembantu menyiapkan segala hal yang bersangkutan
dengan proses penyelenggara pelatihan.[9]
Untuk materi
diklat guru mencakup empat kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogic,
professional, kepribadian dan social. Adapun rincian materi diklat sesuai
dengan ketetapan Dirjen Dikti/Ketua Konsorsium Sertifikasi Guru, dengan
struktur program sebagai berikut:[10]
1.
Pengembangan
profesionalitas guru
2.
Pendalaman
materi mata pelajaran yang belum dikuasai oleh sebagian besar guru
3.
Model-model
pembelajaran PAIKEM
4.
Pemanfaatan media
pembelajaran
5.
Program pembelajaran
(RPP)
6.
Pengembangan
system penilaian
7.
Penelitian
Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah
8.
Pelaksanaan
pembelajaran (peer teaching)
Runtutan pemberian materi untuk calon kepala sekolah kurang lebih adalah
demikian:
1.
Permen NO. 13
tahun 2007 tentang kompetensi kepala sekolah, salah satunya adalah tentang
kompetensi manajerial, kepribadian, social dan kewirausahaan
2.
Kompetensi
supervise memiliki tiga sub kompetensi yaitu:
a.
Merencanakan
program supervisi akademik untuk meningkatkan profesionalisme guru
b.
Melaksanakan
supervise terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang
tepat
c.
Meninjak lanjuti
hasil supervisi akademik
3.
Secara konsep
supervise akademik dinyatakan sebagai kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran.
- Langkah-langkah perencanaan pendidikan dan pelatihan
Untuk
mendapatkan hasil pelatihan yang diinginkan, dibutuhkan langkah-langkah
perencanaan dalam pendidikan dan latihan. Adapun perencanaan pendidikan dan
pelatihan langkah-langkahnya sebagai
berikut:[11]
1.
Menentukan
kebutuhan pelatihan dengan menganalisis kebutuhan organisasi, analisis tugas,
dan analisis kebutuhan individual para pelaksana tugas; menetapkan tujuan
pelatihan.
2.
Menyusun
kriteria keberhasilan pelatihan. Langkah
ini meliputi : Penentuan Pendekatan yang dipergunakan, apakah secara induktif,
deduktif, praktikal, dan sebagainya. Misal pada materi situasional leadership,
dipergunakan pendekatan deduktif, artinya konsep dikenalkan lebih dahulu, baru
menyusul kemudian ilustrasi dan contoh dari dunia nyata. Langkah ini berguna
untuk menentukan urutan logik dari materi yang disampaikan. Dan Penentuan
langkah-langkah praktis yang akan ditempuh pada waktu pengajaran atau
pelatihan. Langkah praktis itu menggambarkan tentang kegiatan apa saja yang
akan dilakukan agar step logik di depan dapat dipenuhi. Langkah ini merujuk
kepada pendekatan yang dipergunakan oleh guru / pemandu.
3.
Melaksanakan
pelatihan yang mencakup langkah kegiatan: memilih metode pelatihan, menerapkan
prinsip-prinsip pembelajaran, serta melakukan pelatihan. Metode ini dipilih
untuk tiap langkah praktis yang telah dirumuskan. Bisa saja dalam satu langkah
digunakan beberapa metode, dan begitu pula sebaliknya. Berikut ini ada tabel
yang barangkali bisa membantu pemilihan metode yang tepat sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
4.
Menilai program
pelatihan yang meliputi langkah-langkah pengukuran, membandingkan antara hasil
pelatihan dengan kriteria keberhasilan pelatihan, dan memperoleh umpan balik
bagi setiap fungsi pengelolaan program pelatihan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian serta semua langkah dalam fungsi masing-masing. Alat
evaluasi atau instrumen evaluasi dipergunakan dalam menilai proses maupun
produk pengajaran / pelatihan yang dilakukan. Untuk menentukan alat evaluasi
yang cocok bisa didasarkan kepada tujuan pengajaran / pelatihan maupun
pertimbangan yang lain. Tentang jenis alat evaluasi yang banyak dipergunakan
untuk tiap domain tujuan, diuraikan pada naskah perancangan kurikulum.
III
ANALISIS
Untuk
menentukan mata diklat, ada beberapa tahap yang harus diperkirakan. Hal ini
demi menciptakan pelatihan yang efektif serta tepat sasaran. Jika ini bias
dicapai, maka sebuah pelatihan tidak akan berlangsung dengan sia-sia serta
meraih hasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam menentukan jenis
pelatihan, yang harus dilakukan adalah :
- Mendefinisikan masalah. Hal itu terkait dengan visi dan misi perusahaan serta kebutuhan yang harus dicukupi dalam mempersiapkan persaingan di era globalisasi ini.
- Siapa yang akan mendapatkan pelatihan. Tentu tidak mungkin pelatihan akan diikuti oleh seluruh karyawan. Harus ada prioritas siapa saja yang akan mengikuti pelatihan ini. Hal ii desesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelatihan yang akan dilakukan.
- Memilih trainer yang kompeten untuk mendapatkan materi serta kualitas yang diharapkan.
- Waktu pelatihan. Karena perhitunga waktu disesuaikan dengan jadwal kerja rutin yang harus dijalani oleh para karyawan yang mengikuti pelatihan. Perhitungan waktu tersebut terkait dengan efektivitas biaya yang harus dikeluarkan perusahaan.
Dengan mengikuti pendidikan dan
pelatihan terdapat banyak pengaruh terhadap kemampuan setiap individu.
Diantaranya adalah :
1. Melatih
untuk selalu mengikuti perkembangan pengetahuan.
Dengan karyawan yang memiliki wawasan luas, diharapkan
akan membawa pengaruh terhadap perkembangan dan kualitas perusahaan.
2. Meningkatkan
keterampilan karyawan yang dikaitkan dengan penggalian kompetensi karyawan yang
bersangkutan.
3. Bagi
karyawan, mereka akan bias mengetahui konsep yang terkait dengan sikap dan
perilaku yang dihubungkan dengan pekerjaan yang mereka jalani.
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Kebutuhan
diklat adalah jenis diklat yang dibutuhkan oleh seorang pemegang jabatan atau
pelaksana pekerjaan tiap jenis jabatan atau unit organisasi untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan tugas yang efektif dan
efisien.
2.
Secara umum pendidikan dan latihan bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada personil dalam meningkatkan kecakapan dan
keterampilan mereka.
3.
materi dalam kegiatan
pendidikan dan latihan ada perlu
mencakup dua hal, yaitu: pertama, Kesesuaian materi diklat dengan tugas dan pekerjaan
peserta. Kedua, penerapan atau aplikasi materi diklat dalam pelaksanaan tugas
4.
Langkah-langkah perencanaan diklat yaitu; menetapkan tujuan
pelatihan, menyusun kriteria keberhasilan pelatihan, Melaksanakan pelatihan dan
yang terahir evaluasi.
B.
Penutup
Demikianlah makalah ini
dibuat, kami menyadari dalam penulisan makalah ini banyak sekali
kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami, semoga makalah
ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi para pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA
Atmodiwirio.
Soebagio. 1993. Manajemen Training. Jakarta:Balai
Pustaka.
Mujuman. Haris.2011. Manajemen Pelatihan
Berbasis Belajar Mandiri.
Yogyakart:Pustaka
Pelajar Offset.
Martoyo.
Susilo. 1992. Manajemen Sumber Daya
Manusia.
Yogyakarta:Balai Penerbitan Fakultas
Ekonomi.
Panitia
Sertifikasi Guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Rayon 6 IAIN Wali Songo Semarang 2010. Modul
Untuk Narasumber Pendidikan dan Latihan Guru(PLPG). Semarang.
Suprijanto. 2009. Pendidikan Orang Dewas. Jakarta:Bumi Aksara.
Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI.
2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 4
Pendidikan Lintas Bidang. PT.
IMTIMA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar