buterflay

buterflay

Minggu, 10 Mei 2015

ARTIKEL : PERUBAHAN NEGARA DITANGAN KAMI



PERUBAHAN NEGARA DITANGAN KAMI
            Pemuda adalah penerus bangsa. Kemajuan suatu bangsa ada ditangan para pemuda-pemudinya. Jangan hanya menjadi pemuda yang mempunyai ambisi-ambisi ingin merubah negaran namun dirinya sendiri belum berubah menjadi seseorang yang lebih baik. tugas pemuda bukan hanya sekedar mendemo pemimpin namun memberi solusi trhadap permasalahan yang ada .
            Siapa lagi yang akan meneruskan roda pemerintahan kalau bukan pemuda-pemudi bangsa. Boleh saja pemuda berdemo namun harus tau apa yang dia demokan. Bukan hanya berdemo untuk ikut-ikutan atau agar dikira mempunyai rasa solidaritas yang tinggi dengan sesama teman. Mahasiswa tidak akan dianggap hebat jika hanya mampu berdemo dengan alasan menyuarakan suara rakyat tapi pada akhirnya untuk kepentingan sendiri.
            Akan jadi apa negara kita jika para pemudanya belum dapat merubah dirinya sendiri. Mereka bilang ingin merubah negara namun dirinya sendiri belum dapat berubah. Jangan bermimpi dapat merubah dan mengurusi negara  jika menrubah dan mengurusi diri sendiri saja belum mampu. Seperti realita yang ada para mahasiswa  untuk mempertanggung jawabkan tugasnya sebagai mahasisiwa saja belum bisa. Ada mahasiswa yang kuliah hanya untuk mendapatkan ijazah,  ada yang bilang juga sambil menyelam minum air kuliah tapi juga untuk mencari jodoh, namun tidak sedikit juga mahasiswa yang kuliah dengan niat mencari ridho Allah.
            Mahasiswa datang ke kampus dengan tujuan pindah tidur, hanya tebar pesona dan masih banyak tujuan-tujuan lain. mereka ingin merubah negara menjadi negara yang seperti apa kalu pemudanya saja seperti itu. Jangan menjadi mahasiswa yang sok nasionalis, Ngomon sana-sini memikirkan negara. Negara tidak akan berubah jika hanya difikir buktikan jika memang kalian ingin merubh negara ini. Pertama rubah dulu diri dn niat kalian.
            Negara akan berubah menjadi negara yang lebih baik jika memiliki pemuda-pemudi yang dapat bertanggung jawab, dapat merubah diri mereka dan memanfaatkan keahlian mereka untuk memajukan negara. bukan mereka yang mencari kerja namun kerjaan yang mencari mereka syukur-syukur mereka dapat menciptakan peluang kerja untuk orag lain. perubahan bangsa menjadi lebih baik atau buruk semua tergantung para pemuda-pemudinya. jadilah penerus bangsa yang dapat dibangga kan oleh bangsa, negara dan agama.
           

ARTIKEL : INDONESIA RINDU PAHLAWN MEREKA



INDONESIA “RINDU” PAHLAWAN MEREKA
Oleh : Eka Yuli Indra Pratiwi
            Peringatan hari pahlawan tanggal 10 november mendapat respon yang beraneka ragam dari rakyat indonesia. Baik dari media masa cetak maupun elektronik tak henti-henti orang mengucapkan “ selamat hari pahlawan”. Tanpa perjuangan pahlawan pada masa penjajah belum tentu bangsa kita menjadi seperti sekarang. Bukan hal yang berlebihan jika rakyat indonesia memberi penghargaan untuk para pejuang bangsa.
            Jika ditanya kapan hari pahlawan itu ? mungkin hanya sebagian dari rakyat indonesia yang mengetahuinya. tak heran jika peringatan hari pahlawan tidak semeriah peringatan tahun baru yang semua orang baik dari kalangan muda, tua bahkan anak-anak mengetahuinya. apa rakyat indonesi telah terlena akan kemerdekaan yang didapatnya atau bahkan mereka sengaja acuh dengan hal semacam itu.
            Ternyata dibalik keacuhan itu mereka sebenarnya merindukan sosok pahlawan bagi bangsa indonesia. Rakyat rindu pemimpin yang jujur, adil, bijaksana dan dapat mengayomi rakyat. Rakyat lelah dengan janji palsu dan iming-iming kesejahteraan yang hanya omong kosong dari para pemimpinnya. Mereka rindu sosok pahlawan seperti masa penjajah yang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan bangsa.
            Dari realita yang ada pemimpin sekarang hanya mementingkan kesejahteraan mereka dan keluarganya semata. Uang negara yang seharusnya menjadi milik rakyat kini berubah menjadi milik pribadi. Seperti yang sekarang sedang hangat dibicarakan adalah kasus Akil Mochtar ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang sekarang sudah di non aktifkan dari jabatanya. Akil  Mochtar ditetapkan sebagai tersangka dalam dua kasus dugaan suap penanganan sengketa Pilkada di MK. Pertama, kasus suap Pilkada Lebak, Banten, KPK menemukan uang Rp1 miliar yang diduga sebagai uang suap untuk Akil, dan Pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah dengan menemukan uang suap senilai Rp 3 miliar. Rakyat hanya bisa melihat dan menanggug malu atas perbuatannya yang mencoreng bangsa indonesia.
Merdeka tetapi belum merdeka
            Memang benar bangsa ini telah merdeka dari penjajah namun bangsa ini belum merdeka dari para koruptor-koruptor. Jika para pemimpin jujur dan sadar bahwa mereka mengemban tangung jawab yang begitu besar terhadap kepemimpinanya. bukankah indonesia disebut sebagai zamrud katulistiwa, Namun mengapa indonesia tertinggal dari malaysia. Mungkin karna banyaknya korupsi dan terbatasnya ruang gerak yang diberikan pemimpin kepada rakyat yang memiliki potensi.
            rakyat ingin merdeka, merdeka dalam mengeluarkan pendapat, merdeka dihadapan hukum, merdeka dalam arti yang sebenar-benarnya. Di bulan november yang merupakan bulan pahlawan besar harapan kami dari kalangan mahasiswa semoga bangsa kita menjadi bangasa yang lebih baik dan menjadi negara yang maju.
            Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang meghargai pahlawanya dan yang mau meneruskan perjuangan pahlawan mereka. Perjuangan yang dimaksud bukan berperang melawan penjajah dengan senjata namun melawan penjajah kebodohan dan penjajah korupsi dengan pengetahuan dan kejujuran .

PUISI RINDU UNTUK AYAH



Sepucuk surat untuk ayahku
Karya : EKA YULI INDRA PRATIWI
RINDU AYAH
Ayah
Dimanakah kau berada
Sudah lama kau meinggalkanku
Dikota yang dulu asing bagiku
Kau yang mengenalkanku kota ini
Mengapa kau tak menemani hari-hariku
Ayah
Pantaskah kau ku panggil ayah
Pantaskah kau ku banggakan
Ingatkah kau pada anak mu
Mengapa kau pergi tinggalkan ku
Mengapa kau tak mencari ku
Mengapa kau tak menjemputku
Ayah
Aku rindu ayah
Aku rindu belaianmu
Kau takkan terganti
Walau dengan seribu figur ayah
Kau tetap ayah yang ku kagumi
Ayah
ku tak bisa membencimu
ku berjanji takkan nakal
tak kan merenggek didepanmu
hanya satu pintaku ayah
pulanglah, pulanglah ayah
aku merindukanmu

MANAJEMEN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELTIHAN



PERENCANAAN MATA DIKLAT
Makalah

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:  Manajemen Program Pendidikan dan Latihan
Dosen Pengampu : Dr. H. Fatah Syukur NC, M.A.



 









Disusun oleh :

                             Nama:                  Eka Yuli Indra Prtiwi
                             NIM :                             123311046
                             Jurusan/prodi :     Kependidikan Islam

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014


PERENCANAAN MATA DIKLAT
I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Banyak orang berpendapat bahwa terdapat pengaruh antara pelatihan yang diperoleh terhadap prestasi kerja suatu individu. Pendapat ini mungkin tidak salah. Hanya saja dalam beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan jenis pelatihan bagi karyawan. Sehingga nantinya, pelatihan yang diberikan bisa bermanfaat.
            Untuk menentukan jenis pelatihan bagi peserta, ada beberapa hal yang harus dipikirkan. Salah satu diantaranya adalah perencanaan mata diklat. Perencanaan tersebut sangat penting keberadaannya sebab tanpa perencanaan yang baik mustahil proses pendidikan dan latihan serta pencapaian tujuan pelatihan akan tercapai. 
            Hal ini juga dilakukan demi menciptakan pelatihan yang efektif serta tepat sasaran. Jika ini bisa dicapai, maka sebuah pelatihan tidak berlangsung dengan sia-sia serta mampu mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Diklat dianggap sebagai faktor penting dalam peningkatan kinerja pegawai, proses dan organisasi, sudah luas diakui. Tapi masalahnya banyak diklat yang diselenggarakan oleh suatu organisasi tidak atau kurang memenuhi kebutuhan sesungguhnya. Misalnya yang diperlukan sesungguhnya adalah pelatihan B tetapi yang dilakukan A, akibatnya investasi yang ditanamkan melalui diklat kurang dapat dilihat hasilnya.

B.     Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas:
1.      Bagaimana analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan?
2.      Bagaimana langkah-langkah perencanaan pendidikan dan pelatihan?
3.      Apa tujuan  dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan?
4.      Apa saja materi dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan ?


II
PEMBAHASAN
  1. Analisis kebutuhan pendidikan dan pelaihan
            Menentuakan kebutuhan pelatihan bukan hal yang sederhana, sebab kebutuhan pelatihan terkait dengan siapa yang dilatih, terkait dengan tujuan pelatihan, untuk siapa kebutuhan pelatihan itu dilakukan, siapa penyelenggara pelatihan, bahan pelatihan ditentukan oleh penyelenggara pelatihan, dan merupakan paket yang tak dapat dipecah-pecah sesuai dengan keinginan pembelajar (=teacher controlled), ataukah dapat dipilih materinya oleh pembelajar sendiri (=learner controlled).[1]
            Sebelum mengetahui analisiss kebutuhan pendidikan dan pelatihan alangkah baiknya  kita mengetahui  pengertian-pengertiannya. Sebagai mana menurut Briggs Kebutuhan adalah “ketimpangan atau gap antara apa yang seharusnya dengan apa yang kenyataanya”. Gilley dan Eggland  menyatakan bahwa kebutuhan adalah “kesenjangan antara seperangkat kondisi yang ada pada saat sekarang ini dengan seperangkat kondisi yang diharapkan. Dalam dunia kerja, kebutuhan juga diartikan sebagai masalah kinerja.
            Pendidikan dan pelatihan (diklat) mempunyai arti penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan jabatan tertentu. Jadi, Kebutuhan diklat adalah jenis diklat yang dibutuhkan oleh seorang pemegang jabatan atau pelaksana pekerjaan tiap jenis jabatan atau unit organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan tugas yang efektif dan efisien. Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara kebutuhan diklat adalah kekurangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap seorang pegawai sehingga kurang mampu melaksanakan tugas, tanggung jawab, wewenang dan haknya dalam suatu satuan organisasi. Dengan demikian kebutuhan diklat dapat diartikan sebagai kesenjangan kemampuan pegawai yang terjadi karena adanya perbedaan antara kemampuan yang diharapkan sebagai tuntutan pelaksanaan tugas dalam organisasi dan kemampuan yang ada.
            Konsep dasar pemikiran kebutuhan diklat adalah adanya deskrepansi kemampuan kerja. Sesuai dengan tingkatan dalam pengungkapan kebutuhan diklat maka deskrepansi dapat terjadi pada seseorang pejabat/pelaksana pekerjaan terhadap tugas di dalam organisasi, jabatan maupun terhadap tugas individu.
Menurut Johanes Popu  Analisis kebutuhan pelatihan, memberikan beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut:[2]
1.      Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas            perusahaan.
2.      Memastikan bahwa para partisipan yang mengikuti pelatihan benar-benar  orang-orang  yang tepat.
3.      Memastikan bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan selama pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dituntut          dalam suatu jabatan tertentu.
4.      Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan tema atau materi pelatihan.
5.      Memastikan bahwa penurunan kinerja/kurangnya kompetensi atau pun masalah yang ada adalah disebabkan karena kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap kerja; bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan pelatihan mengingat bahwa sebuah pelatihan pasti          membutuhkan sejumlah dana.
      Agar program pelatihan dan pengembangan dapat berhasil baik maka harus diperhatikan delapan faktor sebagai berikut (Dale Yorder dalam Moh. Asad 1987):
1.      Individual differences
            Sebuah program diklat akan berhasil jika kita memperhatikan individual diference para peserta diklat. Perbedaan individu meliputi faktor fisik maupun psikis. Oleh karena itu dalam perencanaan program diklat harus memperhatikan faktor fisik seperti bentuk dan komposisi tubuh, dan fisik, kemampuan panca indera maupun faktor psikis seperti intelegensi, bakat, minat , kepribadian, motivasi , pendidikan para peserta diklat. Keberhasilan program diklat sangat ditentukan oleh pemahaman karakteristik peserta diklat terkait dengan individual difference.
2.      Relation to Job analisis
            Untuk memberikan program diklat terlebih dahulu harus diketahui keahlian yang dibutuhkan. Dengan demikian program diklat dapat diarahkan atau ditujukan untuk mencapai keahlian tersebut. Suatu program diklat yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja pada keahlian tertentu akan merugikan semua pihak baik masyarakat , industri maupun lembaga penyelenggara diklat itu sendiri.
3.      Motivation
            Motivasi adalah suatu usaha menimbulkan dorongan untuk melakukan tugas. Sehubungan dengan itu ,program diklat sebaiknya dibuat sedemikian rupa agar dapat menimbulkan motivasi bagi peserta. Penumbuhan motivasi itu sangat pentng sehingga mampu mendoromng peserta untuk mengikuti program diklat dengan baik dan mampu memberikan harapan lebih baik dibidang pekerjaan setelah berhasil menyelesaikan program diklat .
4.      Active participation
            Didalam pelaksanaan program diklat harus diupayakan keaktifan peserta didalam setiap materi yang diajarkan. Pemilihan materi dan strategi pembelajaran yang tepat oleh para trainer sangat menentukan keberhasilan. Pemberian umpan balik kepada peserta pada setiap komunikasi maupun evaluasi akan semakin mengembangkan motivasi dan pengetahuan yang diperoleh. Penyusunan materi(kurikulum) yang berbasis kompetensi maupun berbasis luas dengan pengembangan aspek kecakapan hidup peserta menjadi kekuatan untuk menarik perhatian dan minat peserta diklat.
5.       Selection of trainess
            Program diklat sebaiknya ditujukan kepada mereka yang berminat dan menunjukkan bakat untuk dpat mengikuti program diklat. Oleh karena ini sangat pentinn dilakukan proses seleksi untuk pelaksanaan program dilakukan. Berbagai macam tes seleksi dapat dilakukan misalnya test potensi akademik. Disampin itu adanya seleksi juga merupakan faktor perangsang untuk meningkatkan image peserta maupun penyelenggara diklat.
6.       Selection of trainer
            Pemilihan pemateri/pengajar untuk penyampaian materi diklat harus disesuaikan dengan kualifikasi yang dibutuhkan dan kemampuan mengajar. Seorang trainer yang cakap belum tentu dapat berhasil menyampaikan kepandaiannya kepada orang lain. Oleh karena itu pengajar program diklat harus memiliki kualifikasi dalam bidang pengajaran dan mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat dengan memeprhatikan individual difference peserta diklat.
7.      Trainer training
            Kompetensi trainer juga perlu ditingkatakan. Untuk itu mengingat trainer menjadi ujung tombak dalam keberhasilan program diklat maka sebelum mengemban tanggung jawab untuk memberkan pelatihan maka para trainer harus diberikan pendidikan sebagai pelatih.
8.      Training methods
            Metode yang digunakan dalam program diklat harus sesuai dengan jenis diklat yang diberikan. Strategi pembelajaran menjadi senjata utama dalam keberhasilan program diklat.
  1. Tujuan dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
            Kegiatan penentuan tujuan akan dilakukan setelah kegiatan analisis terhadap kebutuhan selesai. Karena kegiatan ini sangat bergantung pada keberhasilan dalam menentukan kebutuhan diklat. Tujuan diklat, baik yang bersifat umum maupun khusus akan mengecu pada kebutuhan diklat.[3] Tujuan umum pelaksanaan pelatihan sangat bervariasi, tergantung pada visi dan misi lembaga yang menyelenggarakannya.[4]
            Namun, pada dasarnya pelaksanaan diklat dilakukan untuk meningkatkan kinerja suatu individu maupun organisasi. Oleh karena itu kegiatan pelatihan harus dirancang sedemikian rupa agar benar-benar memberikan manfaat meningkatkan dan memperbaiki sesuai dengan tujuan pelaksanaannya. Secara konseptual, tujuan pelaksanaan pelatihan atau training adalah untuk meningkatkan, memperbaiki, dan meningkatkan nilai  Quality, Quantity, Cost, and Time.
            Keempat tujuan pelaksanaan pelatihan tersebut merupakan tujuan dasarnya, tetapi tujuan praktisnya akan disesuaikan dengan harapan dan keinginan pihak penyelenggara pelatihan. Tentu saja hal ini tidak dibuat demikian saja tetapi melalui proses yang disebut dengan identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan. Jika kita tidak melakukan tahapan ini, seringkali pelatihan tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas.
            Dalam diklat kita mengenal adanya tahapan atau siklus diklat, misalnya menyusun program dengan memperhatikan situasi atau iklim organisasi. Secara rinci Malcom S.Knowles menyatakan diklat dimulai dengan menciptakan iklim dan struktur organisasi yang tepat, menetapkan kebutuhan dan kepentingan diklat, menentukan tujuan dan merancang suatu program yang komprehansif.[5]
Oleh karena itu tujuan diklat pada dasarnya adalah suatu pernyataan tentang apa yang ingin dicapai dalam pelaksanaan diklat. Adapun tujuan pelatihan dan pengembangtan menurut Henry Simaroma, meliputi.:[6]
1.      Memperbaiki kinerja
Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
2.      Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam pegawai.
3.      Memnbantu memecahkan persoalan oprasional.
4.      Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
5.      Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi.
Tujuan yang jelas dan spesifik diperlukan dalam rangka menentukan evaluasi program kemudian. Dalam menentukan tujuan diklat perlu diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut : peserta organisasi diklat, materi/bahan pelajaran dan perubahan pelaksanaan tugas yang diharapkan. Faktor lain yang berpengaruh kepada penetapan tujuan adalah system dan konsep pemegang/desain diklat. Dalam menetapkan tujuan diklat perlu adanya penentuan prioritas kebutuhan diklat. Kebutuhan yang telah diprioritaskan dijabarkan kedalam tiga aspek penting dalam diklat, yaitu: keterampilan, pengetahuan, dan sikap[7]
  1. Materi dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
            Setelah menetapkan mata diklat dan menentukan tujuan pelatihan, selanjutnya harus menyusun kerangka sajian pembelajaran yang sistematis. Garis besar isi dibuat pada tiap-tiap tujuan khusus yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang hendak diajarkan. Pokok-pokok bahan yang relevan dengan tiap-tiap tujuan itu diletakkan pada kerangka yang telah dibentuk, ibarat melekatkan daging pada tulangnya.[8]
            Pemilihan trainer yang kompeten juga menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan materi diklat. Sebab dengan adanya instruktur yang baik maka akan diperoleh materi pelatihan yang sesuai dengan bidang yang dibutuhkan serta kualitas yang diharapkan.
            Para instruktur berperan penting dalam seluruh kegiatan persiapan. Khususnya dalam penyiapan bahan ajar dan segala hal yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Para pengelola dengan staf pembantu menyiapkan segala hal yang bersangkutan dengan proses penyelenggara pelatihan.[9]
            Untuk materi diklat guru mencakup empat kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogic, professional, kepribadian dan social. Adapun rincian materi diklat sesuai dengan ketetapan Dirjen Dikti/Ketua Konsorsium Sertifikasi Guru, dengan struktur program sebagai berikut:[10]
1.      Pengembangan profesionalitas guru
2.        Pendalaman materi mata pelajaran yang belum dikuasai oleh sebagian besar guru
3.      Model-model pembelajaran PAIKEM
4.       Pemanfaatan media pembelajaran
5.       Program pembelajaran (RPP)
6.      Pengembangan system penilaian
7.      Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah
8.      Pelaksanaan pembelajaran (peer teaching)
Runtutan pemberian materi untuk  calon kepala sekolah kurang lebih adalah demikian:
1.      Permen NO. 13 tahun 2007 tentang kompetensi kepala sekolah, salah satunya adalah tentang kompetensi manajerial, kepribadian, social dan kewirausahaan
2.      Kompetensi supervise memiliki tiga sub kompetensi yaitu:
a.       Merencanakan program supervisi akademik untuk meningkatkan profesionalisme guru
b.      Melaksanakan supervise terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat
c.       Meninjak lanjuti hasil supervisi akademik
3.      Secara konsep supervise akademik dinyatakan sebagai kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran.
  1. Langkah-langkah perencanaan pendidikan dan pelatihan
Untuk mendapatkan hasil pelatihan yang diinginkan, dibutuhkan langkah-langkah perencanaan dalam pendidikan dan latihan. Adapun perencanaan pendidikan dan pelatihan  langkah-langkahnya sebagai berikut:[11]
1.      Menentukan kebutuhan pelatihan dengan menganalisis kebutuhan organisasi, analisis tugas, dan analisis kebutuhan individual para pelaksana tugas; menetapkan tujuan pelatihan.
2.      Menyusun kriteria  keberhasilan pelatihan. Langkah ini meliputi : Penentuan Pendekatan yang dipergunakan, apakah secara induktif, deduktif, praktikal, dan sebagainya. Misal pada materi situasional leadership, dipergunakan pendekatan deduktif, artinya konsep dikenalkan lebih dahulu, baru menyusul kemudian ilustrasi dan contoh dari dunia nyata. Langkah ini berguna untuk menentukan urutan logik dari materi yang disampaikan. Dan Penentuan langkah-langkah praktis yang akan ditempuh pada waktu pengajaran atau pelatihan. Langkah praktis itu menggambarkan tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan agar step logik di depan dapat dipenuhi. Langkah ini merujuk kepada pendekatan yang dipergunakan oleh guru / pemandu.
3.      Melaksanakan pelatihan yang mencakup langkah kegiatan: memilih metode pelatihan, menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran, serta melakukan pelatihan. Metode ini dipilih untuk tiap langkah praktis yang telah dirumuskan. Bisa saja dalam satu langkah digunakan beberapa metode, dan begitu pula sebaliknya. Berikut ini ada tabel yang barangkali bisa membantu pemilihan metode yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
4.       Menilai program pelatihan yang meliputi langkah-langkah pengukuran, membandingkan antara hasil pelatihan dengan kriteria keberhasilan pelatihan, dan memperoleh umpan balik bagi setiap fungsi pengelolaan program pelatihan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian serta semua langkah dalam fungsi masing-masing. Alat evaluasi atau instrumen evaluasi dipergunakan dalam menilai proses maupun produk pengajaran / pelatihan yang dilakukan. Untuk menentukan alat evaluasi yang cocok bisa didasarkan kepada tujuan pengajaran / pelatihan maupun pertimbangan yang lain. Tentang jenis alat evaluasi yang banyak dipergunakan untuk tiap domain tujuan, diuraikan pada naskah perancangan kurikulum.





III
ANALISIS
            Untuk menentukan mata diklat, ada beberapa tahap yang harus diperkirakan. Hal ini demi menciptakan pelatihan yang efektif serta tepat sasaran. Jika ini bias dicapai, maka sebuah pelatihan tidak akan berlangsung dengan sia-sia serta meraih hasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam menentukan jenis pelatihan, yang harus dilakukan adalah :
  1. Mendefinisikan masalah. Hal itu terkait dengan visi dan misi perusahaan serta kebutuhan yang harus dicukupi dalam mempersiapkan persaingan di era globalisasi ini.
  2. Siapa yang akan mendapatkan pelatihan. Tentu tidak mungkin pelatihan akan diikuti oleh seluruh karyawan. Harus ada prioritas siapa saja yang akan mengikuti pelatihan ini. Hal ii desesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelatihan yang akan dilakukan.
  3.  Memilih trainer yang kompeten untuk mendapatkan materi serta kualitas yang diharapkan.
  4. Waktu pelatihan. Karena perhitunga waktu disesuaikan dengan jadwal kerja rutin yang harus dijalani oleh para karyawan yang mengikuti pelatihan. Perhitungan waktu tersebut terkait dengan efektivitas biaya yang harus dikeluarkan perusahaan.
       Dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan terdapat banyak pengaruh terhadap kemampuan setiap individu. Diantaranya adalah :
1.       Melatih untuk selalu mengikuti perkembangan pengetahuan.
Dengan karyawan yang memiliki wawasan luas, diharapkan akan membawa pengaruh terhadap perkembangan dan kualitas perusahaan.
2.      Meningkatkan keterampilan karyawan yang dikaitkan dengan penggalian kompetensi karyawan yang bersangkutan.
3.      Bagi karyawan, mereka akan bias mengetahui konsep yang terkait dengan sikap dan perilaku yang dihubungkan dengan pekerjaan yang mereka jalani.
IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Kebutuhan diklat adalah jenis diklat yang dibutuhkan oleh seorang pemegang jabatan atau pelaksana pekerjaan tiap jenis jabatan atau unit organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan tugas yang efektif dan efisien.
2.      Secara umum pendidikan dan latihan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada personil dalam meningkatkan kecakapan dan keterampilan mereka.
3.      materi dalam kegiatan  pendidikan dan latihan ada  perlu mencakup dua hal, yaitu: pertama, Kesesuaian materi diklat dengan tugas dan pekerjaan peserta. Kedua, penerapan atau aplikasi materi diklat dalam pelaksanaan tugas
4.      Langkah-langkah perencanaan diklat yaitu; menetapkan tujuan pelatihan, menyusun kriteria keberhasilan pelatihan, Melaksanakan pelatihan dan yang terahir evaluasi.

B.     Penutup
            Demikianlah makalah ini dibuat,  kami menyadari dalam penulisan makalah ini banyak sekali kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi para pemakalah.












DAFTAR PUSTAKA
            Atmodiwirio. Soebagio. 1993. Manajemen Training. Jakarta:Balai Pustaka.
            Mujuman. Haris.2011. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri.
                        Yogyakart:Pustaka Pelajar Offset.
            Martoyo. Susilo. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:Balai Penerbitan                          Fakultas Ekonomi.
            Panitia Sertifikasi Guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Rayon 6 IAIN Wali                          Songo Semarang 2010. Modul Untuk Narasumber Pendidikan dan Latihan                         Guru(PLPG). Semarang.
            Suprijanto. 2009. Pendidikan Orang Dewas. Jakarta:Bumi Aksara.
            Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian                          4 Pendidikan Lintas Bidang. PT. IMTIMA.


                [1] Haris Mujuman, Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset,2011), hlm.58
                [3] Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Training, (Jakarta:Balai Pustaka,1993), hlm.91
                [4] Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta:Bumi Aksara,2009), hlm.18
                [5] Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Training, . . . hlm:68.
                [6] Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta:Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi,1992)
                [7] Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Training . . . 93.
                [8] Haris Mujuman, Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri . . . hlm.71
                [9] Haris Mujuman, Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri . . . hlm.65.
                [10] Panitia Sertifikasi Guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Rayon 6 IAIN Wali Songo Semarang 2010,Modul Untuk Narasumber Pendidikan dan Latihan Guru(PLPG),(Semarang.2010),hlm vii
                [11] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 4 Pendidikan Lintas Bidang,(PT. IMTIMA,2007), hlm 474